Rumah Joglo Rumah Adat Jawa Tengah

Asal-usul Joglo

 

         Rumah Joglo adalah rumah adat Jawa Tengah asli yang konstruksi utamanya terdiri dari 4 tiang penyangga utama (sokoguru) dan umumnya terbuat dari kayu jati.

 

Kata “Joglo” sendiri berasal dari bahasa asli jawa yaitu “tajog/tajug” yang berarti puncak/gunungan/bukit/utama/atas dan kata “loro” yang berarti dua.Jika diartikan, kata joglo adalah penggabungan dari dua tajug atau dua gunungan.oleh karenanya memang atap rumah joglo merupakan penggabungan 2 atap tajug yang disatukan.

 

Atap bentuk tajug ini sukai masyarakat jawa zaman dahulu karena menyerupai bentuk gunung. Sebab dahulu masyarakat Jawa memercayai bahwa gunung adalah simbol segala kemakmuran dan energi positif.

 

Dahulu orang jawa selalu membuat tempat ibadah atau tempat pemujaan dewa di perbukitan/gunung, oleh karena gunung dipercaya sebagai tempat semua dewa.hal ini bisa dibuktikan hampir semua bangunan candi, Yoni dan tempat pemujaan lainya selalu ditemukan di Perbukitan/gunung-gunung.

 

Rumah Joglo dari masa ke masa

 

           Tidak ada literatur sejarah yang menjelaskan dengan bukti empiris kapan pertama kali rumah joglo digunakan atau dibangun.Namun belakangan diketahui bahwa rumah joglo merupakan rumah adat yang banyak ditemukan di propinsi Jawa Tengah.

 

Bangunan rumah joglo tertua di dunia yang masih berdiri kokoh sampai sekarang adalah Masjid Agung Demak yang terletak di kelurahan Bintoro kab.Demak sekitar 30 km timur laut Kota Semarang yang merupakan peninggalan kerajaan Demak Bintoro dibangun tahun 1478 Masehi yang semuanya terbuat dari kayu jati.

 

Dahulu, rumah joglo hanya dipunyai oleh kaum bangsawan dan pembesar-pembesar kerajaan atau panggede suatu wilayah di jawa,tidak sembarangan orang bisa memiliki.Sedangkan mayarakat biasa memilih membangun rumah limasan sebagai tempat tinggal, tidak berani membangun rumah joglo seperti layaknya para bangsawan.

 

Namun seiring perkembangan zaman dan masuknya imperialisme eropa ke pulau jawa melalui Batavia, maka pengusahaan perniagaan kayu jati semakin masif di exploitasi.

 

Hutan-hutan jati purba yang pada masa kerajaan majapahit, Demak dan Mataram islam membentang dari Grobogan-Blora sampai Bojonegoro banyak yang mulai ditebang dan dimanfaatkan Belanda sebagai pemasukan dan penopang biaya perang selain rempah-rempah.

 

Sehingga mulailah beberapa masyarakat jawa yang waktu itu bekerja sebagai “Blandong” atau pekerja penebang kayu menjual kayu upah tebang yang kadang diberi upah uang kadang diberi upah kayu, sehingga mulailah masyarakat biasa banyak yang membat rumah joglo selain para Bangsawan dan pembesar-pembesar di masa kerajaan.

 

Di masa kini, Joglo asli semakin langka karena banyak diburu dan dicari banyak orang dari berbagai daerah , bahkan bukan hanya orang jawa saja yang menyukai rumah joglo.

 

Mereka yang menyukai rumah joglo bukan hanya kalangan masyarakat biasa, banyak artis, konglomerat dan para pesohor negeri pun banyak yang suka, bahkan hampir semua pembesar negeri ini punya rumah joglo yang biasa digunakan untuk menyambut tamu , tempat pertemuan penting,rapat partai atau bahkan tempat istirahat yang nyaman seperti Jokowi, SBY, Megawati, BJ Habibie, Soeharto, Anies Baswedan dll.

 

Sebaran Rumah Joglo di Indonesia

 

            Rumah Joglo kuno dan masih original paling banyak ditemukan di propinsi Jawa Tengah,terutama wilayah yang dahulu merupakan wilayah hutan jati purba yang menjadi wilayah irisan pengaruh dari kerajaan Demak, Mataram dan Majapahit.Oleh karenanya, Rumah Joglo banyak ditemukan di wilayah Demak, Grobogan, Kudus, Blora, Boyolali dan Sragen.

 

Selain Jawa Tengah, Rumah Joglo juga bisa ditemukan di sebagian wilayah DIY dan Jawa Timur bagian barat yang berbatasan dengan Jawa Tengah, namun sebaranya tidak sebanyak di Jawa Tengah.

 

Selain di pulau Jawa, Rumah joglo juga banyak ditemukan di Pulau Bali, selain karena pulau Bali banyak menerima kiriman rumah joglo dari pulau jawa untuk tujuan pengembangan pariwisata, kesamaan budaya masyarakat Bali dengan masyarakat jawa dimasa lampau juga menjadi faktor akulturasi budaya rumah joglo jawa masuk ke Bali.

 

Fungsi dan Filosofi Rumah Joglo

 

            Setiap sisi dan peristiwa oleh orang jawa selalu mempunyai makna filosofi yang mendalam, begitu juga rumah adatnya.setiap bagian didesain dan dibuat mempunya fungsi dan filosofi sendiri.

 

Dahulu, rumah joglo pada zaman kerajaan digunakan sebagai tempat menyambut tamu, rapat umum kerajaan,Pendopo atau tempat pertemuan terbuka yang melibatkan banyak orang, tempat ibadah dan tempat tinggal para bangsawan saja.

 

Sekarang rumah joglo bisa dimiliki siapapun, namun karena sudah mulai langka, tidak banyak orang memiliki joglo, selain karna harganya yang mahal, joglo dengan kualitas kayu jati bagus mendapatkanya yang sulit, rumah joglo juga memerlukan lahan yang luas.

 

Berikut beberapa makna filosofi yang sampai sekarang masih diterapkan masyarakat jawa di kammpung-kampung :

 

Sambatan ( Gotong-royong )

 

              Sudah menjadi tradisi penduduk jawa sejak zaman dulu, setiap membangun rumah selalu dilalukan dengan sambatan atau gotong royong.

 

Bahkan gotong royong mendirikan rumah ala penduduk jawa ini tidak usah diminta,biasanya tetangga sekampung yang tau ada tukang yang sedang menggladi bersih rumah yang mau didirikan, para tetangga dari mulut ke mulut menanyakan mau dudirikan kapan.

 

Begitu hari H tiba, tetangga sudah berdatangan membantu.yang laki2 membawa linggis, gergaji dan palu, sedangkan yang perempuan biasanya mbecek ( membawa beras dan tempe mentah diberikan si empu rumah).

 

Pager mangkok

 

              Rumah Joglo di Jawa Tengah biasanya tidak memiliki pagar. Rata-rata, rumah joglo atau rumah jawa penduduk asli masih menggunakan pakem lama yaitu tidak berpagar sama sekali. Atau jika pun dipagar, pagarnya terbuat dari tanaman perdu yang tingginya tidak sampai 1 meter atau disebut pager mangkok.

 

Pager mangkok yaitu filosofi bahwa masyarakat jawa bersifat terbuka dengan orang lain terutama tetangga, masyarakat sekitar bahkan orang luar yang ingin berbaur.

 

Bangku atau kursi dan Teras di depan rumah

 

             Rumah Joglo atau rumah jawa lainya biasanya diberi bangku atau kursi teras.Teras rumah ini oleh masyarakat jawa seringkali digunakan untuk bercengkrama, sekedar bertegur sapa atau sekedar ngopi dengan anggota keluarga, teman2, atau tetangga.

 

Bahkan ada juga niatan menyediakan sebagai tempat berteduh bagi siapa saja yang sedang perjalanan ingin istirahat karena hujan atau panas, masyarakat di kampung2 jawa selalu mempersilakan, tidak perlu izin si empu rumah karna hal seperti itu memang sudah tradisi sebagaimana tradisi masyarakat jawa yang terbuka.

 

Latar yang luas

 

                Biasanya dalam masyarakat jawa, jika seseorang memiliki rumah joglo di depan rumah selalu ada halaman yang luas yang disebut latar.

 

Latar biasanya digunakan sebagai tempat ninis ( kegiatan penduduk jawa zaman dulu yaitu mencari angin segar dihalaman rumah pada malam hari sambil bercengkrama dengan anggota keluarga/tetangga).Selain itu, halaman luas memang disediakan sebagai sarana anak2 bermain dan bersosialisasi dengan anak2 lainya.

 

Atap yang cenderung semakin rendah :


            Bentuk atap rumah Joglo atau rumah jawa lainya biasanya semakin ke bawah semakin rendah.Hal ini dimaknai sesuai watak asli penduduk jawa yang rendah hati.Dahulu biarpun punya sawah banyak, binatang ternak banyak, ilmu banyak, jabatan tinggi, pantang bagi orang jawa memamerkan semuanya itu.


Hal ini juga bisa dilihat di level nasional, sebenarnya orang jawa sangat piawai dalam politik, bahkan hampir semua presiden yang melalui pemilihan langsung selalu dari jawa.


Namun di media para politukus jawa biasanya jarang show off, jarang mengkritik lawan politik dengan brutal ,selalu bertutur kata halus dan intonasi rendah, jarang suka berdebat dan lebih memilih kerja nyata yang bermanfaat untuk rakyat bangsa dan negara.Bahkan beberapa lihai memainkan peran dalam meredam lawan politik dengan merangkul.


Gambaran Status Sosial


              Secara tak langsung, rumah Joglo juga menggambarkan status sosial pemiliknya.Zaman dahulu, Rumah Joglo hanya bisa dimiliki kalangan bangsawan atau orang yang berpengaruh di daerahnya.


Biaya pembuatan rumah Joglo cukup mahal karena menggunakan material yang cukup banyak dan mahal, biasanya di kalangan penduduk jawa hanya menggunakan bahan kayu jati karena awet hingga ratusan tahun.


Oleh karena itu, zaman sekarang kebanyakan pemilik rumah Joglo bisa dipastikan merupakan orang-orang dengan status sosial dan status ekonomi yang mapan.Bahkan anggapan itu sampai sekarang masih melekat karena orang yang memiliki rumah joglo dipastikan memiliki lahan yang luas.


Bagian-bagian Rumah Joglo


1.Pendopo


Pendapa/pendopo adalah bagian rumah jogloyang terletak di depan rumah dan terbuka tanpa dinding.Biasanya digunakan untuk aktivitas formal, seperti pertemuan, tempat pagelaran seni wayang kulit dan tari-tarian, serta upacara adat. Ruang ini menunjukkan sikap akrab dan terbuka, meskipun begitu Pendopo sering kali dibuat megah dan berwibawa.


2.Pringgitan.


Bagian pringgitan terletak antara pendapa dan rumah dalam (omah njero). Selain digunakan untuk jalan masuk, lorong juga kerap digunakan sebagai tempat pertunjukan wayang kulit. Bentuk dari pringitan seperti serambi berbentuk tiga persegi dan menghadap ke arah pendopo.


3. Emperan


Ini adalah penghubung antara pringitan dan umah njero. Bisa juga dikatakan sebagai teras depan karena lebarnya sekitar 2 meter. Emperan digunakan untuk menerima tamu, tempat bersantai, dan kegiatan publik lainnya. Pada emperan biasanya terdapat sepasang kursi kayu dan meja.


4. Omah dalem.


Bagian ini sering pula disebut omah mburi, dalem ageng, atau omah saja. Kadang disebut juga sebagai omah-mburi, dalem ageng atau omah. Kata omah dalam masyarakat Jawa juga digunakan sebagai istilah yang mencakup arti kedomestikan, yaitu sebagai sebuah unit tempat tinggal.


5. Senthong-kiwa ( kamar sebelah kiriv).


Berada di sebelah kanan dan terdiri dari beberapa ruangan. Ada yang berfungsi sebagai kamar tidur, gudang, tempat menyimpaan persediaan makanan, dan lain sebagainya.


6. Senthong tengah ( kamar Tengah ).


Bagian ini terletak ditengah bagian dalam. Sering juga disebut pedaringan, boma, atau krobongan. Sesuai dengan letaknya yang berada jauh di dalam rumah, bagian ini berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda berharga, seperti harta keluarga atau pusaka semacam keris, dan lain sebagainya


7. Senthong-tengen ( Kamar sebelah kanan )


Bagian ini sama seperti Senthong kiwa, baik fungsinya maupun pembagian ruangannya.


8. Gandhok.


Merupakan bangunan tambahan yang letaknya mengitari sisi belakang dan samping bangunan inti.


9. Gebyok


Biasanya berupa penyekat antara pendopo dengan senthong.gebyok biasanya ada yang diukir, namun ada juga yang polosan.


10. Peturon

Peturon biasanya jadi satu dengan gebyok.umumnya terletak di senthong tengah atau kamar bagian tengah.biasanya digunakan sebagai tempat bulan madu pengantin baru.


Jenis-jenis Rumah Joglo


berdasarkan jumlah soko dan bentuk atap luarnya, rumah joglo ada banyak macam jenis, namun yang populer adalah sebagai berikut :


1. Joglo mangkurat.


Joglo ini mempunyai ciri atap bersusun 3 (tiga susun) atau dengan tiga sudut kemiringan dengan perbedaan batas antara masing-masing sudut biasanya dibatasi dengan penggunaan lis plank. Atap joglo mangkurat memiliki susunan pada atap utama (paling atas) mempunyai proporsi lebih besar dan tinggi menjulang.


2. Joglo pangrawit.


Joglo ini hampir sama dengan joglo mangkurat namun pembeda pada atap utama lebih kecil dan lebih panjang bumbungan lebih pendek dari joglo mangkurat.


3. Joglo hageng.


Bangunan joglo hageng mempunyai proporsi atap utama serta atap dua dibawahnya lebih pendek dan landai dibandingkan joglo mangkurat maupun jogja pangrawit. Joglo ini memiliki bidang atap yang relatif lebih luas.


Jogla hageng memiliki ciri atap tritisan keliling yang luas dan bangunan pun lebih besar serta luas. Joglo hageng mempunyai atap bersusun 3. Masing-masing atap memiliki lis plank atap diujungnya.


4. Joglo sinom.


Joglo sinom mempunyai bentuk atap tritisan yang sama dengan joglo hageng namun mempunyai luas bangunan yang lebih kecil dibandingkan dengan joglo hageng. 


Bangunan joglo sinom mempunyai proporsi atap utama lebih tinggi dibandingkan dengan atap joglo hageng. Atap joglo sinom mempunyai tiga susun dan tiga sudut kemiringan namun pertemuan antara masing-masing atap tidak terdapat pembeda dalam bentuk lisplank.


5. Joglo lawakan.


Joglo lawakan mempunyai ciri atap bersusun 2. Bangunan ini mempunyai tampilan lebih sederhana dibandingkan dengan joglo lain yang beratap susun 3. 


Atap utama joglo lawakan cenderung meruncing ke atas dan atap dibawah lebih landai dan melebar, orang lebih banyak mengidentikan seperti payung. Batas antara atap satu dengan satunya hampir tidak ada batas pembeda berupa lis plank namun hanya beda sudut saja.


6. Joglo jompongan.


Atap joglo ini memiliki ciri khas atap bersusun 2 dan mempunyai bumbungan atap yang memanjang ke samping kanan dan kiri. Pertemuan antara kedua atap tidak dipisahkan oleh pembatas lis plank. 


Bangunan joglo jompongan mempunyai denah lantai cenderung bujur sangkar. Bangunan joglo jompongan tidak banyak ditemukan ornamen hiasan pada atapnya, berbeda dengan joglo lawakan yang terdepat ornamen pada atapnya.


7. Joglo semar tinandhu.


Bangunan joglo ini terdapat perbedaan yang nyata pada ting penyangganya, pada bangunan joglo-joglo biasanya menggunakan tiang kayu namun pada bangunan ini menggunakan tiang penyangga yang diganti oleh dinding atau atap dipikul oleh dinding-dinding.

Tinggalkan Balasan